Profil UKM Women Studies Centre - KBM UIN SGD Bandung
PROFIL UKM WSC
Manusia merupakan mahluk Tuhan yang paling mulia, terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Keduanya telah dipercayai dalam mengelola alam
semesta, dalam hal ini bumi beserta isinya. Hal ini telah kita jelaskan dalam
firman-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mendiskriminasi salah satu
dari keduanya. Akan tetapi ketika melihat realitas saat ini ternyata tataran normative
idealis yaitu, nilai-nilai Islam yang memuat prinsip-prinsip egaliter,
keadilan, dan kemerdekaan tidak sesuai dengan tataran historis empiris. Ini
terbukti dari adanya proses dehumanisasi terhadap salah satu jenis kelamin
tertentu yaitu perempuan. Selain itu ilmu-ilmu sosial juga memperkuat proses
dehumanisasi ini dengan menyumbangkan ilmu-ilmu yang tidak sensitif gender.
Karena kebanyakan ilmuwan adalah laki-laki sehingga ilmu sosial bersifat
seksis, karena konsep-konsep serta bangunan ilmu itu secara sistematis telah
menggeser peran serta perempuan dalam ranah keilmuan.
Berangkat dari persoalan di atas, maka beberapa lembaga perempuan menjadi
suatu yang niscaya mengikat keberadaan ilmu-ilmu yang seksis serta
pemahaman-pemahaman keagamaan yang bias gender. Oleh karen itu diperlukan
sebuah paradigma alternatif yang lebih memberikan harapan bagi tatanan sosial
yang adil serta sensitif gender di lingkungan kampus. Maka, lahirlah cara
pandang perempuan yang di inspirasikan dari kehidupan nyata yang mengakomodir
kepentingan kaum perempuan. Bersamaan dengan itu, diperlukan sebuah alat
analisis yang disebut dengan analisis gender.
Begitu mengkristalnya budaya patriarki dalam masyarakat, menjadi “kananga
panti daksa darbah waada” yang salah dalam praktek kehidupan ini. Bahkan
kaum perempuan yang mengalami bentuk ketidakadilan gender tidak menyadarinya.
Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah penyadaran terhadap masyarakat. Dimana
perbedaan biologis anatara laki-laki dan perempuan tidak menjadi alasan atas
adanya hierarki antara keduanya dalam peran dan fungsinya di masyarakat. Karena
jenis kelamin tidak menjamin bentukannya peran gender. Akan tetapi, peran
gender dibentuk oleh lingkungan dimana seseorang itu tinggal dan hal ini bisa
berubah menurut ruang dan waktu. Dalam perjuangan mengembalikan eksistensi
perempuan di masyarakat sebagai manusia yang setara, yaitu minimal dengan
memiliki skala prioritas. Dalam skala priritas ini kaum laki-laki harus
dilibatkan, dalam hal ini harus ada relasi antara kaum laki-laki dan perempuan
yang bersifat sosio-antropologis. Karena ketika tidak ada perbedaan derajat
nanti (laki-laki dan perempuan) akan menghasilkan kesinambungan dan kejasama
yang harmonis dan sinergis antara kedua belah pihak dalam memproses dan
mempresepsikan kehidupan yang dihadapi.
Banyak pandangan keliru tentang perempuan, dimana perempuan
dipandang rendah, lemah dan tidak dapat bersaing dari kaum laki-laki sehingga
hal inilah yang melahirkan banyak terjadinya diskriminasi terhadap kaum
prempuan seperti marjinalisasi, subordinasi dan diskriminasi.
Hiruk-pikuk isu-isu perempuan ini ditandai dengan adanya
kajian-kajian, diskusi dan seminar yang digelar oleh instansi ataupun kaum
intelektual seperti mahasiswa, agamawan, sastrawan dan elemen masyarakat yang
mereka lakukan secara intensif untuk
menjawab permasalah mengapa ketidakadilan gender terjadi di masyarakat.
Maka dari itu, Women Studies Centre (Pusat Kajian Perempuan) merupakan salah satu
lembaga kemahasiswaan yang bergerak di bidang nalar intelektual khususnya
mengkaji isu-isu perempuan. Hal ini dilakukan demi terciptanya keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia. (baik laki-laki maupun perempuan). Dan tidak menutup
kemungkinan laki-lakipun ikut serta dalam kajian dan berpartisipasi untuk
terwujudnya lingkungan kampus yang sensitif gender.
Oleh karena itu, WSC sebagai pusat kajian perempuan berperan untuk
memberdayakan kaum perempuan untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada
dirinya, sehingga perempuan tidak dipandang sebelah mata oleh laki-laki tetapi
dijadikan mitra sejajar dalam kehidupan.
Sejarah Women Studies Centre
Berdasarkan tujuan awal WSC dalam masalah global tentang diskursus
Feminis atau Gender, maka sebagai kaum perempuan (Mahasiswi dari berbagai
jurusan di UIN SGD Bandung) yang memiliki ide serta tujuan yang sama, juga
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap perempuan. Maka dari sini
lahirlah WSC pada tanggal 22 Desember 1994 yang bertepatan dengan hari ibu,
yang merupakan organisasi intra kampus yang disebut Unik Kegiatan Mahasiswa
(UKM) yang mengkaji tentang isu-isu perempuan dengan nama Women Studies
Centre.
Tujuan Women Studies Centre (WSC)
Terciptanya sensitivitas gender di kalangan civitas akademis UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, serta terciptanya insan-insan berkualitas dan sadar
akan tanggungjawabnya terhadap kemajuan perempuan baik intern kampus maupun
ekstern kampus yang disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.


0 comments: